Sabtu, 19 April 2014

Kandungan Nilai Sekaten dan Penerapannya

Kamis sore 5 Desember 2013, upacara pembukaan acara tahunan Sekaten berjalan dengan hikmat. Terlihat beberapa petinggi pemerintah DI Yogyakarta menghadiri upacara tersebut. Diantaranya Gubernur Jogja, Kepala Kejaksaan Tinggi, Forumkom Pemda Jogja, Bupati Daerah dan para staffnya.
Pembukaan acara Sekaten sangat menarik perhatian masyarakat sekitar, baik masyarakat yang menetap maupun yang lewat wilayah Sekaten, alun-alun utara. “Pembukaan Sekaten kali ini terkesan keren, dilihat dari drama yang ada premannya dan tarian-tarian” jawab Caca dan Lala, Siswi SMK Kesehatan Jogjakarta yang kebetulan lewat ketika ditanya kesan mereka. Caca dan Lala berpendapat Sekaten merupakan bentuk dari penyebaran Islam yang melalui budaya setempat.
Pelajar Jogjakarta pun berkesempatan berperan dalam pembukaan sekaten, seperti SMK 1 Kasihan Bantul. Mereka menjadi pemain gamelan juga menyumbangkan seni tari yang dalam 1 rombongan pengiring musik beranggotakan 100 anggota termasuk penari, jelas Irul pemberi informasi yang merupakan salah satu dari mereka.
Pada awalnya Sekaten digunakan untuk syiar agama Islam oleh Sultan Hamengkubuwono ke 1. Namun, Sekaten pada saat ini umumnya terlihat hanyalah sebuah pesta rakyat yang dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan tradisi, pameran benda-benda pusaka di keraton, dan berbagai wahana permainan. Yang seakan-akan tujuan awal dari sekaten ini hilang seiring berjalannya waktu.
Dapat dicermati dari kegiatan Sekaten sendiri, tidak ada kegiatan nilai-nilai Islami. Kegiatan Sekaten dipenuhi oleh hiburan-hiburan yang memicu kegiatan maksiat seperti foto di samping. Terlihat perempuan memeluk lelaki disampingnya, melihatkan kemesraan di muka umum yang bertolak belakang dengan syar’i Islam.
Walaupun demikian acara Sekaten sendiri bukan untuk ditentang ataupun dihapus keberlangsungannya. Hanya saja, disana dapat diisi kegiatan yang mengandung nilai-nilai Islam seperti tujuan utama diadakannya sekaten sendiri. Sehingga terjadi keseimbangan antara pesta rakyat dengan tujuan sekaten pada mulanya.

by : Ali Ruslan, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar