Kamis, 06 Agustus 2015

Seorang Mahasiswa dan Laptopnya

Di perkuliahaan semester pertama, ada seorang mahasiswa yang mengeluhkan nasibnya.Karena dia selalu pergi ke warnet setiap ingin mengerjakan tugas makalahnya. Dia selalu menghabiskan berjam-jam untuk mengetik dan menyusun makalahnya di warnet tersebut. Belum lagi biaya yang dihabiskan untuk warnet. Hal ini dirasa sangat merepotkan dan mahal harganya dibandingkan jika mempunyai laptop sendiri. Sehingga dia selalu berharap untuk bisa membeli laptop untuk perkuliahannya.

Satu semester berlalu.Dia masih mengerjakan tugas makalah perkuliahannya di warnet terdekat. Jika dia mempunyai laptop sendiri, dia tidak perlu pergi ke warnet untuk mengerjakan makalahnya. Dia bisa mengerjakannya di kamarnya. Untuk akses internet, dia pun tidak perlu pergi ke warnet. Dia cukup pergi ke kampusnya dan dia bisa menikmati akses internet gratis dari pemancar wifi. Kondisi ini menjadi beban tersendiri bagi dirinya.
Hingga suatu saat, dia dapat membeli laptop.Walaupun laptop itu adalah laptop bekas.Dia membelinya dari uang yang dia dapatkan dari orang tuanya di desa.Hatinya sangat senang. Dia lalu membayangkan kemudahannya dalam mengerjakan tugas kuliahnya. Dia tidak lagi mengerjakan tugasnya di warnet yang ruangnya sempit. Tidak harus kesetrum setiap mentancapkan USB ke CPU computer di warnet. Dan juga tidak harus mengeluarkan uang untuk setiap perjamnya di warnet.
Awalnya memang sesuai dengan niatnya untuk meringankan dalam mengerjakan tugas.Namun adanya laptop membuat dia menjadi suka menunda mengerjakan tugas makalah yang diberikan oleh dosennya. Laptop yang dia punya lebih banyak berisi permainan dan film yang dia dapat dari temannya. Belum lagi jika dia mendapat akses internet. Bukan referensi materi yang diacari, tapi dia malah mencari konten-konten dewasa. Sehingga nilainya semakin merosot dan mendapat teguran dari dosen pembimbing akademiknya.
Dari cerita ini, kita bisa mengambil hikmah bahwa fasilitas yang kita harapkan belum tentu dapat membuat kita menjadi baik dari sebelumnya. Malah bisa jadi, fasilitas yang kita punya membuat kita terlena dan lupa akan niat awal untuk memilikinya. Baiknya kita sabar jika belum mempunyai barang yang kita butuhkan. Dan juga harus mempertimbangkan sesuatu yang ingin kita beli. Pertimbangkan apakah kita sangat membutuhkan barang tersebut atau tidak. Jika tidak, maka barang tersebut akan menjadi sia-sia atau bahkan mencelakakan kita. Begitu pula sebaliknya, dengan barang tersebut kita bisa mudah menggapai prestasi.

By : Ali Ruslan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar