Di perkuliahaan semester pertama, ada seorang mahasiswa yang
mengeluhkan nasibnya.Karena dia selalu pergi ke warnet setiap ingin mengerjakan tugas makalahnya. Dia selalu menghabiskan berjam-jam untuk mengetik dan menyusun makalahnya
di warnet tersebut. Belum lagi biaya yang dihabiskan untuk warnet. Hal ini dirasa
sangat merepotkan dan mahal harganya dibandingkan jika mempunyai laptop
sendiri. Sehingga dia selalu berharap untuk bisa membeli laptop untuk perkuliahannya.
Satu semester berlalu.Dia masih mengerjakan tugas makalah
perkuliahannya di warnet terdekat. Jika dia mempunyai laptop sendiri, dia tidak
perlu pergi ke warnet untuk mengerjakan makalahnya. Dia bisa mengerjakannya di
kamarnya. Untuk akses internet, dia pun tidak perlu pergi ke warnet. Dia cukup pergi
ke kampusnya dan dia bisa menikmati akses internet gratis dari pemancar wifi. Kondisi
ini menjadi beban tersendiri bagi dirinya.
Hingga suatu saat, dia dapat membeli
laptop.Walaupun laptop itu adalah laptop bekas.Dia membelinya dari uang yang
dia dapatkan dari orang tuanya di desa.Hatinya sangat senang. Dia lalu membayangkan
kemudahannya dalam mengerjakan tugas kuliahnya. Dia tidak lagi mengerjakan tugasnya
di warnet yang ruangnya sempit. Tidak harus kesetrum setiap mentancapkan USB ke
CPU computer di warnet. Dan juga tidak harus mengeluarkan uang untuk setiap perjamnya
di warnet.
Awalnya memang sesuai dengan niatnya untuk meringankan
dalam mengerjakan tugas.Namun adanya laptop membuat dia menjadi suka menunda mengerjakan
tugas makalah yang diberikan oleh dosennya. Laptop yang dia punya lebih banyak berisi
permainan dan film yang dia dapat dari temannya. Belum lagi jika dia mendapat akses
internet. Bukan referensi materi yang diacari, tapi dia malah mencari konten-konten
dewasa. Sehingga nilainya semakin merosot dan mendapat teguran dari dosen pembimbing
akademiknya.
Dari cerita ini, kita bisa mengambil hikmah bahwa fasilitas
yang kita harapkan belum tentu dapat membuat kita menjadi baik dari sebelumnya.
Malah bisa jadi, fasilitas yang kita punya membuat kita terlena dan lupa akan niat
awal untuk memilikinya. Baiknya kita sabar jika belum mempunyai barang yang
kita butuhkan. Dan juga harus mempertimbangkan sesuatu yang ingin kita beli. Pertimbangkan
apakah kita sangat membutuhkan barang tersebut atau tidak. Jika tidak, maka barang
tersebut akan menjadi sia-sia atau bahkan mencelakakan kita. Begitu pula
sebaliknya, dengan barang tersebut kita bisa mudah menggapai prestasi.
By : Ali Ruslan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar