Urusanku di kota ukir, Jepara telah selesai. Kini aku
bergegas kembali ke kota pendidikan, Yogyakarta. Perjalananku ke Yogyakarta
melewati kota Semarang. Atas usulan sahabatku, kami pun menyempatkan diri untuk
berkunjung ke Masjid Agung Jawa Tengah.
Untuk sampai di Masjid Agung, kami sedikit kerepotan. Karena
kami tidak mengetahui seluk beluk posisi Masjid ini. Sambil terus menyusuri
jalan, aku melihat-lihat papan penunjuk arah.
Namun tetap tidak ada papan penunjuk arah yang mengarahkan kami ke
posisi Masjid Agung Jawa Tengah. Persediaan bensin makin menipis, aku
menyarankan sahabatku untuk mengisi BBM dulu di SPBU terdekat. SPBU pun ditemukan dan kami mengisi full
tangki bensi motor kami.
Kami istirahat sejenak di SPBU tadi. Sahabatku berkata
“tadi aku sudah menanyakan arah ke Masjid Agung Jawa Tengah
sama petugas SPBU, katanya nnti kita belok kiri di belokan pertama, lalu
melewati jembatan dan lurus aja. Nanti sampai.”
“Oke deh, yuk lanjut “ Kataku.
Masjid Agung Jawa Tengah ini mempunyai payung besar di
serambinya yang berjumlah 6 payung. Kata temanku, payung-payung Masjid ini akan
di buka ketika sholat Jum’at dan kegiatan-kegiatan penting. Di dalam ruang
utama masjid ini terdapat 2 buah Al-Qur’an berukuran besar yang ditulis dengan tangan.
Al-Qur’an ini ditulis oleh Drs. Khyatudin dari Ponpes Al-Asyariyyah, Kalibeber,
Mojotengah, Wonosobo, Jawa Tengah. Dan
yang tak kalah menarik adalah menara Asmaul Husna setinggi 99 meter, sama
dengan jumlah Asma’ul Husna.
Kami pun tiba di Masjid yang sangat megah ini. Masuk
melewati gerbang utama, lalu di beri karcis parkir. Kami tiba bersamaan dengan
dikumandangkannya adzan Zuhur. Terik matahari yang menyengat meningkatkan suhu
lantai serambi MAJT sehingga harus mempercepat langkah kaki kami di atas
lantai. Sebenarnya ada jalan yang teduh, yaitu lewat samping masjid dan parkir
di dalam basement.
Kami segera berwudlu di tempat wudlu, lalu naik keruang
utama MAJB dan melaksanakan kewajiban sholat Zuhur berjama’ah. Masjid yang di
bangun pada tahun 2002 ini memiliki arsitektur perpaduan Jawa, Arab dan Romawi.
Dengan atap berbentuk limas khas Jawa yang diujungnya diberi kubah besar dengan
diameter 20 meter. Masjid ini dilengkapi dengan 4 menara yang tingginya
mencapai 62 meter yang terletak di masing-masing penjuru mata angin. Tidak
hanya itu, masjid ini pun di sentuh gaya khas romawi dengan 25 pilar gaya
koloseum athena yang dihiasi kaligrafi indah.
Setelah melakukan sholat kami pun mengambil foto untuk
kenang-kenangan. Tentunya dengan kesabaran menahan panas keramik karena
matahari masih bersinar cerah.
by : Ali Ruslan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar